-->

Cerpen: Ya Allah aku cemburu



Ya Allah Aku Cemburu
Hari ini adalah hari pertamaku menjadi santri di Ponpes Al-Furqon. Entah seperti apa perasaanku saat ini. Apakah aku harus bahagia, atau malah tidak terima? Sebenarnya aku bersekolah disini karena keinginan kedua orangtuaku. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan belajar di penjara ini. Penjara? Ya, aku memanggil pesantren dengan sebutan penjara suci. Karena, disini semua serba diatur. Tapi apa daya, aku tak kuasa menentang keinginan kedua orangtuaku.
*kelas
“Assalamualaikum ukhti, namaku Maryam” ucap teman sebangkuku.
“Waalaikumsalam, aku Nadia. Nadia Az-Zahra Sulaiman” jawabku.
“Ukhti dari mana?” tanya Maryam.
“Dari Jakarta” jawabku singkat.
“Ouh iya, memang banyak dari Jakarta dan Jawa Barat yang nyantri ke Wonosobo” jelas Maryam.
“Ouh begitu. Kamu sendiri dari mana?” tanyaku pada Maryam.
“Aku asli Wonosobo” jawab Maryam.
Bermula dari percakapan itu akhirnya kita menjadi teman dekat. Setiap hari kita lalui bersama dipenjara suci ini. Maryam gadis yang cerdas, anggun, cantik, dan dia tidak pernah mengeluh sama sekali. Sangat berbanding terbalik denganku yang selalu mengeluh. Walaupun sudah hampir 2 tahun aku mondok disini.
*malam hari di kamar
“Maryam, kenapa sih aku ga hafal-hafal surah Al-Kahfi. Kamu ko mudah banget menghafalnya” keluhku pada Maryam.
“Jangan nyerah gitu dong Nad. Aku juga penuh perjuangan tau menghafalnya” jawab Maryam.
“Iya, tapi aku lama banget hafalnya. Gimana nih? Besok harus disetorkan ke Usdz Fatimah” kataku lagi.
“Mungkin surah Al-Kahfi lagi rindu sama kamu kali Nad. Atau ga, coba deh liat artinya. Barangkali ada sesuatu dalam ayat yang susah kamu hafalkan” jelas Maryam.
“Ah kamu bisa aja. Tapi Maryam..”
“Udah jangan ngeluh terus. Kalau ngeluh terus gimana mau hafal. Yang penting ikhlas. Kalau kamu ikhlas lillahita’ala menghafalnya, insyaallah cepet hafal ko. Percaya deh” kata Maryam menyemangati.
Semalaman aku berjuang keras melawan rasa kantuk untuk menghafalkan surah Al-Kahfi.Tapi, masih ada 10 ayat lagi yang belum lancar. Akhirnya aku mendapat hukuman dari Usdz Fatimah untuk membersihkan asrama.
Karena kelelahan membersihkan asrama, sehabis solat isya berjamaah segera ku rebahkan tubuh ini dan memejamkan mata. Tiba-tiba Maryam masuk dan berkata.
“Nadia ko malah tidur sih? Memangnya pr terjemah Usdz Fatimah sudah?”
“Usdz Fatimah lagi Usdz Fatimah lagi. Aku lelah Maryam” jawabku lirih.
“Tidak akan pernah ada kata Lelah jika kita benar-benar Lillah Nadia”
Ucapan Maryam barusan seolah menghipnotisku. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan mengerjakan pr bersama Maryam.
Setelah mengerjakan pr, entah mengapa aku malah jadi susah tidur. Lagi-lagi Maryam berbicara tentang ikhlas. Kuncinya adalah ikhlas. Aku merasa aku telah bersungguh-sungguh tapi tetap hasilnya belum maksimal. Apa karna aku kurang ikhlas? Bagaimana mungkin Maryam bisa begitu ikhlas sedangkan aku tidak? Bagaimana mungkin ia tidak pernah mengeluh sementara aku selalu mengeluh? aku fikir bukan hanya Maryam saja, tapi semua santri di Ponpes ini selalu semangat setiap harinya. Bahkan, aku dengar banyak diantara mereka yang hafidz, lalu bagaimana cara mereka menghafal Al-Quran dipadatnya aktivitas?
“Mmm sudahlah lebih baik aku tidur” kataku pelan.

Saatku buka mata, kulihat jam ternya masih jam 2. Tak biasanya aku terbangun malam seperti ini. Akupun memutuskan untuk berqiyamul lail.
“Ya Allahu ya rahmannu ya rahim, aku rindu bertemu dengan-Mu disepertiga malam.. Ya Allahu ya malik ya qudus, kuatkanlah keimananku agar aku selalu istiqomah.. Ya Allah aku cemburu, aku cemburu pada Maryam yang begitu ikhlas.. aku cemburu pada seuruh santri Al-Furqon yang selalu semangat.. Ya Allah mengapa mereka bisa, sedangkan aku tidak? Aku juga ingin seperti mereka Ya Allah... jika karena hati ini tidak ikhlas, maka ikhlaskanlah Ya Rabb... lahaula walaquwwata ilabillahila aliyyil adzim... amien...”
*keesokan harinya di kelas
Usdz Fatimah: “Saya sebagai Ustadzah sekaligus pembina putri di Ponpes ini tak bosan-bosannya mengingatkan pada kalian ‘Man jadda wa jada’ barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia itu sama, tidak ada yang dibeda-bedakan.  Marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Selalu sabar dan ikhlas, insyaallah hidup ini akan tersa ringan”.
Ucapan Usdz Fatimah seolah hanya tertuju padaku, walaupun beliau berbicara di depan kelas. Memang benar apa yang dikatakannya, Bahwa Allah menciptakan manusia itu sama. Lalu mengapa Maryam bisa aku tidak? Padahal kita sama-sama makan nasi, sama-sama minum air. Mulai dari sekarang aku harus semangat belajar, bersunguh-sungguh, sabar dan ikhlas. Aku yakin aku bisa, bahkan menjadi hafidzah seperti Maryam dan yang lainnya.

*di kantin
Saat sedang asik makan siang bersama Maryam, tiba-tiba Nada teman sekelasku menghampiri kami.
“Nadia, kamu dipanggil Usdz Fatimah tuh, disuruh ke ruangannya sekarang” kata Nada.
“Aduh ada apa ya? Ko jadi deg-degan gini. Perasaan, aku ga berbuat salah apapun deh” kataku pada Maryam.
“Lebih baik kesana aja, ya udah deh aku antar” ucap Maryam.
Setibanya di ruangan Usdz Fatimah aku segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Sementara Maryam memilih untuk menunggu di luar.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
“Ada apa ustadzah?” tanyaku.
“Ini” katanya sambil menyodorkan amplop.
“Apa ini ustadzah?” tanyaku dengan wajah bingung.
“Sudah, baca saja.
“MHQ?” kataku kaget sekaligus heran.
“Begini Nadia, saya ingin kamu mewakili Ponpes ini untuk mengikuti lomba MHQ di Jawa Timur 4 bulan lagi” jelas Usdz Fatimah.
“Tapi ustdzah, kenapa saya? Kenapa bukan Maryam atau yang lainnya saja, yang sudah jelas hafal Al-Quran lebih banyak”
“Maryam sudah mengikutinya tahun lalu. Sudah, tidak ada kata tapi, saya percaya padamu, kamu pasti bisa Nadia” ucap Usdz Fatimah.
*4 bulan kemudian
Hari yang ditunggupun tiba, aku diantar Usdz Fatimah dan Ust Syam ke Jawa Timur. Saat hendak memasuki ruangan lomaba Usdz Maryam berkata “Kamu pasti bisa Nadia. Ingat lillahita’ala”. Aku mengangguk mengiyakan.
“Juara akan diumumkan hari ini juga setelah lomba” ucap Ust Syam sambil memberikan nomor peserta padaku.
Akupun memasuki ruangan dengan Bismillah.
Acara lomba telah usai, juara diumumkan ba’da maghrib. Saat solat maghrib aku berdoa
“Ya Allah ya rahim, alhamdulillah aku telah mengikuti lomba MHQ dengan lancar. Selama 4 bulan aku belajar bersungguh-sungguh. Ya Allah Ya awalu ya akhir, aku tidak mengaharapkan juara. Aku iklhlas karena-Mu Ya Rabb.. Aku serahkan semuanya pada-Mu Duhai Dzat Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu..”

Tiba saatnya pengumuman juara. Aku mendengarkannya dengan khidmat.
“Juara 1 : M Salman Al-Farisy, Ponpes Al-Muqorrobin, Malang.
Juara 2 : A Bintang Putra Ar-Rizky, Ponpes Al-Ishlah, Banyuwangi.
Juara 3 : Nadia Az-Zahra Sulaiman, Ponpes Al-Furqon, Wonosobo”.
Sangat tidak disangka namaku disebut, aku langsung sujud syukur. Usdz Fatimah memelukku sambil berkata “Kamu berhasil Nadia”.



Selesai

Subscribe Our Newsletter